Yanusa Nugroho

Mereka sudah tidak percaya pada kekuatan keindahan. Mereka jauh lebih percaya pada perhitungan logika—entah apa sebenarnya pemahaman mereka tentang logika. Mereka bahkan tidak bisa glenikan, ngobrol kosong, senda gurau atau canda antar sesama manusia, lantaran jauh dalam diri mereka hanya ada rasa curiga dan syak wasangka. Semua unsur kehidupan didasarkan pada untung-rugi secara sempit. Mereka lebih percaya pada skala penjualan. Mereka bukan lagi pengikut para nabi, meskipun dari mulut mereka membusa ayat-ayat Tuhan; mereka menyembah uang yang menurut mereka lebih nyata daripada Tuhan.
Dalam buku ini terdapat empat puluh cerita yang dikurasi untuk memperlihatkan bagaimana Yanusa Nugroho hadir sebagai penulis yang mampu mengulik banyak tema, banyak gaya. Melalui cerita-cerita keseharian, permenungan akan perilaku beragama, hingga simbolisasi mawar dan pewayangan, empat puluh cerita dalam Bukit Cahaya
menukik perasaan dan mengajak sejenak bersua jeda.