Cerita dari Solo: Yang Tersua di Satu Masa

Cerita dari Solo: Yang Tersua di Satu Masa adalah refleksi sejumlah anak muda atas Surakarta, kota penting bagi peradaban Jawa, saksi sejarah berabad-abad terbentuknya percampuran kebudayaan di Nusantara sebagai Negeri Silang Budaya—mengacu pada pemikiran Denys Lombard—India, China, Arab, dan Barat. Selama dua bulan mereka tinggal di sana untuk memotret “perubahan sosial” yang terjadi di kota lahirnya Serat Chentini, ensiklopedia kebudayaan Jawa dan karya sastra terbesar dalam kesusastraan Jawa baru.

Para anak muda itu, yang berjumlah 15 orang, adalah mahasiswa FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Mereka tergabung dalam “Studi Independen Multikulturalisme” dalam merespons isu-isu multikultural dan keindonesiaan yang beragam. Sekaligus sebagai bagian dari kegiatan “Merdeka Belajar Kampus Merdeka” yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tentu saja, potret “perubahan sosial” yang ditangkap oleh anak-anak muda itu adalah cuilan semata, bukan riset mendalam bertahun-tahun. Namun sebagai cuilan, ia bisa dimaknai semacam kepingan puzzle untuk kemudian
dilengkapi dengan kepingan-kepingan lain agar terbentuk wajah utuh kota Solo dalam mengarungi perubahan zaman. Sekali lagi, buku foto ini hanyalah sekeping puzzle. Karena itu pula, foto-foto dalam buku ini—
yang disusun bak “cerita bergambar”—tidak dirancang sebagai foto cantik sebagaimana tersaji dalam buku-buku panduan wisata. Ia hanyalah sekeping puzzle dari satu cerita yang belum rampung, cerita yang tersua di
satu masa.