Candra Gautama et al

Ashadi Siregar:
Penjaga Akal Sehat dari Kampus Biru
Sebagai dosen, walau hanya bergelar doktorandus, Ashadi Siregar telah ”membimbing” banyak murid untuk meraih gelar doktor. Sebagai pengajar jurnalisme, Bang Hadi—panggilan akrab Ashadi—telah ”mencetak” banyak jurnalis yang andal. Sebagai novelis, dia ikut mewarnai khazanah sastra Indonesia pada 1970-an lewat trilogi Cintaku di Kampus Biru, Kugapai Cintamu, dan Terminal Cinta Terakhir. Sebagai aktivis mahasiswa di zamannya, dia dikenal serius, sikap yang telah membawanya hingga ke pengadilan.
Mengapa Ashadi yang pendiam itu dijuluki ”Raja Sinis”? Mengapa banyak kalangan menilai Ashadi adalah penjaga akal sehat pers Indonesia yang konsisten? Sebanyak 33 nama memberikan pandangannya tentang sosok Ashadi, yang tahun 2010 ini resmi pensiun sebagai dosen di Jurusan Komunikasi Fisipol UGM. Tak kurang dari nama-nama terkemuka menyumbangkan pandangannya, seperti Jakob Oetama, Goenawan Mohamad, Daniel Dhakidae, Garin Nugroho, Emha Ainun Nadjib, dan Butet Kartaredjasa.
”Bung Ashadi pantas menerima apresiasi sebutan guru.” Jakob Oetama
”Bang Hadi tidak berlomba ambil tempat dan makanan. Bang Hadi tidak antre untuk tampil di podium sejarah.” Emha Ainun Nadjib
“Ashadi diperlukan Indonesia untuk tetap menjaga sinisme dan sikap keras kepalanya.” Garin Nugroho
“Diam-diam saya belajar dari Satria ’Baja’ ini bagaimana meminimalkan sindrom megalomania.” Butet Kartaredjasa
”Ashadi bukan hanya guru di depan kelas, melainkan guru kehidupan.” Saur Hutabarat
“Ashadi adalah si ‘Raja Sinis’, ‘Tukang Gembos’, ‘Raja Tega’.” Dodi Ambardi