Triskaidekaman
Ketika tahu bayinya satu laki-laki dan satu perempuan, dia memutuskan memelihara yang laki- laki saja.
Dia, yang terkesampingkan karena lahir dengan kelamin yang kurang disukai masyarakat, segera menukar seperangkat bayi perempuan--yang masih tersambung pada cakram plasenta merah segar dengan tali pusar mengulir putih mutiara--dengan sebuah gerobak, wajan rombeng, dan kursus kilat untuk belajar membuat balabala. ketika perempuan-perempuan sebayanya berdagang di toko kelontong warisan zaman kolonial, dia terus mendorong gerobaknya, menyusuri jalan-jalan kopong-bopeng yang tak pernah ditambal. tak ada waktu untuk merasa malu. dia hanya berharap tepung berbalur minyak jelantah bisa mengusir bala-bala bencana dengan terus digoreng. dia terus melakukannya di depan sebuah gerobak, yang seharusnya kepompong anak perempuan.