Manusia dan Air dalam Senjang Pembangunan di Indonesia: Pengalaman Pontianak, Bima, dan Manado

Di kota-kota Indonesia dan Asia Tenggara yang mengalami urbanisasi pesat, kawasan kumuh
di sekitar sungai dan dataran banjir telah menjadi tempat tinggal bagi kalangan paling miskin.
Masyarakat miskin kota adalah yang paling menderita akibat berbagai persoalan air, yang lebih
sering dan rutin terjadi dalam beberapa dasawarsa terakhir. Sejak sekitar akhir abad ke-20,
perencanaan kota telah bergeser dari proyek-proyek urbanisasi masif oleh negara, termasuk di
dalamnya pengelolaan air, yang menyokong pertumbuhan ekonomi nasional kepada tata kelola
yang secara sosio-ekologis berkelanjutan, terdesentralisasi, dan berbasis pasar.

Buku ini mengangkat problem resiliensi masyarakat miskin kota, atau kemampuan masyarakat
lokal untuk selalu bangkit kembali dalam menghadapi bencana iklim, terutama banjir dan
kenaikan permukaan air laut. Bagaimana kaitan resiliensi dengan tata kelola air yang inklusif,
dan bagaimana hubungannya dalam kerangka pembangunan senjang yang lebih luas? Tim
penulis yang bergiat di Asia Research Centre Universitas Indonesia ini mengangkat persoalan
manusia dan air tersebut berdasarkan penelitian mereka di sejumlah sungai di Bima, Pontianak,
dan Manado pada rentang 2021-2023.